Filosofi dari Sebatang Tebu


Filosofi dari Sebatang Tebu



Tebu…….identik dengan tumbuhan semak yang tinggi menjulang. Sebatang tebu sering tampak di hamparan hijau perkebunan, tidak jarang tumbuh liar di antara berbagai spesies tanaman di hutan belantara, atau bahkan sengaja di pelihara pada area tertentu untuk pemenuhan kebutuhan baku gula bagi masyarakat. Tebu dapat tumbuh dimanapun, baik itu di lahan gambut, di atas tanah yang kering kerontang. Dimanapun tumbuhnya tebu tetaplah memberi manfaat bagi umat manusia. Tanaman tebu seperti halnya tanaman padi dengan filosofi ilmu akan ketundukan hati meski ilmu telah merangkak naik tetapi selalu menjadikannya rendah hati. Bertambahnya ilmu tidak lantas membuat seseorang semakin jumawa, tetapi justru sebaliknya pertambahan itu menyadarkan pada kekurangannya yang semakin membentang luas.

Batang tebu yang tumbuh menyelinap di tengah hamparan rerumputan, melihat bentuknya yang sangat sederhana, tidak berarti sesederhana proses pertumbuhannya. Meski berada di tengah semak belukar yang hampir saja tidak terjangkau oleh jangkauan penglihatan manusia toh tebu tetap berjuang keras untuk terus tumbuh hingga menghasilkan manfaat pada manusia yang membutuhkan gula. Yah Gula tanpa sebatang tebu tentu tidak dapat dihasilkan. Kebergantungan gula pada tanaman tebu tentu tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Ketika melihat tanaman tebu dengan bentuknya yang sederhana, namun dibalik kesederhanaannya ia menyimpan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Gak bisa dibayangkan seorang manusia yang terserang kekurangan gula akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Tentu kebutuhan manusia terhadap gula juga harus proporsional, tidak serta merta kita menjadi penyuka segala makanan manis, atau sebaliknya.


Asupan gula dalam tubuh manusia juga harus berimbang tidak lebih atau kurang. Berlebih berarti resiko diabetes, kekurangan gula juga berpotensi hipoglikemia. Nah yang aman tentunya pada sikap proporsional dalam menyikapi segala sesuatu termasuk dalam urusan makanan. Yuk kita kembali ke inti pembahasan kita kali ini tentang filosofi dari sebatang tebu. Mengamati tumbuhan tebu yang tinggi menjulang, batangnya sederhana, tetapi dibalik kesederhanaan itu telah berjuang tumbuh untuk memberi arti dan bermanfaat pada kehidupan manusia. Manusia harus berkaca dan merenung, selayaknya dalam kehidupan harus bisa menumbuhkan sikap rendah hati, sebagaimana halnya tebu yang bisa tumbuh secara fleksibel. Tebu akan selalu tunduk pada ketentuan Sang Pencipta untuk hidup dimanapun sesuai takdirNya. Begitupun dengan manusia sudah seyogyanya harus bermanfaat pada sesama.


Berkaca dari tanaman tebu bisa menjadi renungan agar manusia ridho menerima semua ketentuanNya. Area tempat pertumbuhan tebu dan proses perkembangan bisa dimana saja, toh tidak akan pernah kehilangan nilai manfaatnya. Tebu akan tetap memberi manfaat pada sekelilingnya. Filosofi dari sebatang tebu yang bisa dicermati adalah rendah hati. Rendah hati itu akan memancarkan bahasa kesederhanaan namun memiliki kekuatan dan kebesaran jiwa untuk selalu ridho pada setiap takdirNya. Sederhana dalam penampilan tidak berarti sederhana dalam berpikir. Semua pasti melalui proses panjang yang terencana dan tepat adanya. Disanalah sikap rendah hati itu terbahasakan, bahasa untuk mengenyahkan ego pribadi, bahasa untuk memberi solusi, bahasa untuk mau menerima pendapat orang lain, bahasa untuk memaklumi segala tindakan yang bertentangan dengan pemikiran kita, bahasa untuk mau memahami beragam bahasa-bahasa kehidupan yang belum terbahasakan namun satu yang patut dijadikan cermin bahwa rendah hati mampu menangkap warna-warni kehidupan ini dengan kelapangan.


Filosofi dari sebatang tebu itu adalah kesederhanaan tetapi memiliki sesuatu yang bernilai untuk memberi manfaat. Dari pohon tebu manusia bisa belajar tentang kesederhanaan untuk terus berjuang gigih memberi manfaat. Bagaimana sebatang tebu yang tumbuh di atas tanah kering kerontang, lalu manusia bisa memerasnya. Seperti itulah seyogyanya manusia di balik segala kesederhanaan penampilan manusia selalu berusaha untuk memberi nilai manfaat. Nilai itulah yang mengantarnya pada hakikat kemuliaan budi pekerti. Seperti halnya tebu yang tumbuh di tanah kering kerontang atau tanah gembur, di lahan apapun tumbuhnya, setelah tanaman ini diperas lalu sepah dibuang. 

Tapi toh tebu tidak pernah memperdulikan ulah manusia yang memanfaatkannya lalu sepah dibuang, tebu terus saja berusaha memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya kepada manusia.
Tebu terus saja meneteskan dengan tulus segala sari pati hasil perjuangannya dalam bertumbuh selama ini setelah itu ditempatkan dimanapun tebu tetap ridha. Dari sebatang tebu seyogyanya manusia bercermin tentang sifat rendah hati. Meski manusia tampil dengan kesederhanaan tetapi manusia harus siap untuk menebar kemanfaatan pada orang lain. Orang yang rendah hati tidak pernah memilah milih kepada siapa ia harus berbagi. Tidak ada batasan-batasan untuk memberi manfaat. Yang terpenting adalah nilai manfaatnya, sudahkah mau berbagi manfaat kepada orang lain dan lingkungan sekeliling dengan tulus? Rasanya hati nurani manusia yang bisa menjawabnya sudah sejauh mana ia bisa berguru dari filosofi sebatang tebu. Tebu yang dalam kehidupannya juga tidak terlepas dari berbagai macam ujian namun, tebu selalu tahan uji, meski tebu di tebang lalu di bakar, tetaplah tebu akan berusaha tumbuh untuk memberi manfaat.


Sudah sepantasnya manusia bisa belajar bahwa ujian tidak membuat pesimistis, terhenti atau berlari menghindar. Bagi manusia pembelajar, justru ujianlah yang membuat manusia bisa belajar kreatif dan inovatif. Dari ujian kreativitas dan inovasi dapat diramu semakin lebih baik. Ujian selalu menjadi sarana perubahan signifikan ke arah yang lebih baik untuk memberi manfaat pada sesama. Dari ujianlah kematangan terbangun, benih-benih kebaikanpun akan tertopang oleh ketegaran demi cita-cita mulia itu. Seseorang yang sudah mampu belajar dari filosofi sebatang tebu akan selalu siap memberi manfaat dan dimanfaatkan oleh orang lain dimanapun. Dari sebatang tebu lah kita belajar tentang hakikat dari rendah hati itu, kerendahan hati untuk memberi manfaat dan totalitas dalam menyerahkan segala urusan kepada Pengatur hidup. 

By fotografi 2020
Go to link 
http://penasinga.blogspot.com


Komentar